Minggu, 17 November 2013

i'm pregnant

Alhamdulillahirabbil'alamiin

Terima kasih ya Allah, aku diberi kesempatan untuk mengandung anak ke 3.
Tapi kehamilan kali ini sungguh berbeda. aku merasa lemas dan letih setiap hari.
inginnya kulawan rasa itu tapi...
ah, aku harus bisa.

Minggu, 28 April 2013

Cerita di suatu sore

Sore hari .....
Kamila menumpahkan air dari gelas...
Dan aku tertegun sesaat....
Kamila pun diam menatapku
Terasa sekali otakku memproses rangsangan itu
Benar-benar aku rasakan pergulatan yang terjalin antara otak dan hatiku..
Untuk memenangkan diantara dua pilhan
Apakah aku emosi dan memarahi Kamila atau aku berekspresi biasa-biasa saja...
Dan....
Ekspresi biasa saja alias normal saja yang memenangkan pergulatan itu...
"Kamila ambil lap ya...trus dilap ya.." Kataku masih datar
Sesaat Kamila langsung mengampil kain pel dan mengepelnya sendiri...
'Lain kali Kamila hati-hati ya" Kataku
Kemudian Kamila menciumku..
Setelah selesai aku bertanya "Kenapa Kamila cium Ibu?"
"Ibu baik sih, nggak marah sama Kamila..." sambil tersenyum
Oh...cintaku....
Jawaban yang sederhana namun padat sekali isinya
Benar-benar kau menghargai sikapku...
Menyentuh lubuk hatiku yang dalam....
Mengingatkanku akan pergulatan antara marah dan sabar
Subhanallah dalam kesabaran itu benar-benar berbuah rasa sayang antara Kamila dan aku..
Kupeluk Kamila kubisikkan di telinganya "Ibu sayaaaaaaa...aaaaang sama Kamila"
Kamila tersenyum "Kamila sayang Ibu" katanya.

Sahabat, cerita tadi meyakinkanku bahwa seorang anak seperti Kamila "pun" bisa sangat menghargai sikap kita, orang tuanya. Saat saya menghargai Kamila dengan bersikap seperti kepada orang dewasa dalam arti  tidak marah atau emosi. Dia mampu membalas secara lebih baik juga.

Hanya saja kadang, saya sendiri sebagai seorang ibu
Kurang sabar untuk memahami
Kurang sabar untuk mengerti
Kurang sabar untuk mendengarkan
Kurang sabar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya
Kurang sabar untuk melihatnya berproses
Kurang sabar untuk memberi pemahaman
Kurang meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita-ceritanya
dan masih banyak sekali kekuranganku sebagai seorang Ibu

Padahal....
Andai lebih banyak pesediaan sabar kita dan tabungan waktu luang kita untuk buah hati kita, insyaAllah anak-anakpun akan membalasnya dengan hal-hal yang luar biasa diluar dugaan kita. Karena anak-anak adalah ayat-ayat Allah yang harus ditafakkuri selalu...





Selasa, 26 Maret 2013

Perahu Lancang Kuning Untuk Aqilah

Hari ini adalah special day dengan tema kendaraan di sekolah Aqilah. Anak-anak dianjurkan untuk membawa mainan kendaraan dan baju bergambar kendaraan. Sampai dengan kemarin pagi sih tidak bermasalah karena saya masih mengingat untuk mencari kaos bergambar kendaraan di toko belakang kantor. Tetapi sampai dengan sore ternyata saya lupa. Yang saya ingat adalah sepulang kantor saya harus segera pulang untuk mengajar di TPA karena salah seorang gurunya berhalangan hadir. Begitulah sepanjang hari yang saya ingat hanya mengajar di TPA. Karena terburu-buru, saya pun lupa untuk mampir di toko. Di tengah jalan saya baru ingat. Saat itu pun saya bingung antara ke toko atau lanjut pulang untuk mengajar TPA. Tetapi akhirnya saya memutuskan untuk kembali lagi ke toko. Malang nasibku hehe..di toko tersebut tidak ada baju bergambar kendaraan. Karena khawatir kesorean saya memutuskan untuk langsung pulang saja sambil berpikir mudah-mudahan di rumah ada baju bergambar kendaraan.

Dan sore itupun akhirnya saya lewati bersama anak-anak di TPA. Ba'da maghrib saya baru teringat akan nasib baju tersebut. Saya pun segera berlari ke kamar Aqilah dan berharap menemukan bajunya. Alhamdulillah...saya menemukan sebuah baju bergambar kendaraan. Baju bergambar perahu lancang kuning oleh-oleh dari ayahnya saat ke Pekan Baru. Segera saya tunjukkan kepada Aqilah dengan agak hati-hati khawatir tidak mau. Dan....Aqilah menangis sekencang-kencangnya...."Aqilah nggak mau baju itu....." "Aqilah maunya yang ada gambar mobilnya...." "yang ada pesawatnya......".
Masya Allah...Aqilah benar-benar menangis sejadi-jadinya...Aku berusaha menenangkannya dengan mengatakan "Teteh, ini juga kendaraan, ini kendaraan di laut teteh....pasti Ibu Guru suka.."
Aqilah tetap tidak mau dan masih menangis kencang. "Teteh, tadi ibu sudah cari di toko tapi ga ada yang jual sayang.." rayuku. "Ngga mau......pokoknya yang ada gambar mobilnya aja!!"....

Otakku berpikir keras untuk mencari solusi dan Aha!! "Ibu telepon wa ovat ya untuk pinjam baju Aa Hanif" bujukku lagi. "Ngga mau....Aqilah ngga mau....itu mah baju laki-laki..." dan tetap aku telepon untuk mencari alternatif. Aqilah masih menangis walaupun aku membujuknya untuk menjadi anak yang selalu bersyukur dengan apa yang dimilikinya. But, ngga ngaruh dan ngga ngefek sama sekali.

Akhirnya aku mencoba menenangkannya dengan mengalihkan perhatiannya kepada acara lusa jalan-jalan ke bandara. Alhamdulillah tangisnya reda tapi mukanya masih penuh dengan air mata. Oh teteh Aqilah maafin ibu nak. "Teteh Aqilah mau bawa apa ke bandaranya? susu coklat?" tanyaku. Aqilah pun beringsut mau dipeluk sambil mengangguk. "Iya....Aqilah mau bawa susu sama ciki sama minuman yang kuning itu.."
dan bla bala...banyak deh.

Alhamdulillah ya Allah sekarang Aqilah sudah tenang. Malam itu kulalui dengan tidak lagi membahas mengenai baju bergambar kendaraan. Saya khawatir Aqilah akan menangis lagi. Sampai saat mau tidur saya hanya mengajaknya berdo'a dan mengingatkan untuk bangun pagi dan jadi anak yang sholihah. Alhamdulillah Aqilah menurut dan diapun berdo'a sambil mengangkat tangannya "Bismika Allahumma ahya wa bismika amut..Ya Allah tidurkanlah Aqilah, semoga Aqilah mimpi ketemu Nabi dan masuk syurga". Aamiin terharu dengan doanya yang ingin bertemu Nabi. Subhanallah semoga Allah mengabulkan doamu Aqilah sayang... Aqilah pun tertidur sambil ikut membaca surat Al Fatihah, An Nas, Al Falaq, dan Al Ikhlas...

Dan pagi ini....adalah saat yang sangat menentukan. Kusambut Aqilah dengan ciuman dan do;'a bersama. Kukatakan "Aqilah yang lembut hatinya ayo bangun terus mandi.." sambil terus berusaha untuk membuat hatinya nyaman kukatakan "Aqilah dan Kamila sudah ibu do'akan supaya menjadi anak yang lembut hatinya, mulia akhlaknya dan jadi anak yang cerdas dan sholihah". Berharap sekali kalimat-kalimat tadi masuk ke dalam relung hatinya yang paling dalam. Dan sepanjang pagi itu aku hanya berharap dan berdo'a penuh kepada Sang Pemilik Hati, yang Maha membolak balikkan hati manusia. Berharap Allah akan melembutkan hati Aqilah dan tidak menangis lagi. Kemudian kukatakan "Ibu senang sekali Aqilah pagi ini bangun sambil tersenyum". Begitulah aku terus menguatkan hatinya sampai Aqilah selesai mandi. 
Sambil terus berdo'a kupakaikan Aqilah celana panjang. Saat akan memakaikan kaos lancang kuningnya ternyata Aqilah tidak mau. "Bu aku pakai bajunya nanti aja kalo udah mau berangkat". Alhamdulillah...Aqilah tidak marah dan menangis...terima kasih ya Allah.

Saat sudah datang jemputannya saya sedikit khawatir Aqilah akan marah. Tetapi ternyata Aqilah dengan senang hati dipakaikan baju lancang kuningnya beserta jaketnya. Ya Allah ...begitu mudahnya...
Sambil berangkat, seperti biasa aku bilang "Teteh hati-hati ya....Ibu sayang Aqilah..." dan alhamdulillah dijawab dengan bersemangat "Aqilah sayang Ibu....." bahagianya....

Begitulah, dengan izin dan pertolongan hanya dari Allah saya dan Aqilah bisa melalui semuanya dengan baik dan happy....dan bertambahlah keyakinanku bahwa Allah itu Maha dekat, Rahman, Rahim, dan Penolong kepada setiap hamba-Nya..Alhamdulillah..

.... i love you teteh aqilah.....












Selasa, 26 Februari 2013

Dialog Kamila dan Ayah

Pagi-pagi Kamila ikut mengantar teteh Aqilah sekolah. HAri ini teteh diantar dengan mobil. Ketika melewati gerbang komplek terjadilah dialog ini:

Kamila: Ayah, kenapa ayah nggak bilang makasih udah dibukain pintu? Kamila itu kalo minta dibukain pintu sama ibu atau teteh Aqilah bilang terima kasih, ayah!
Ayah: Tadi Kamila juga belum bilang terima kasih abis disuapin sama ayah
Kamila: Iya tapi kan tadi ayah nyuapinnya sambil marah-marah
Ayah: hehe....pinter nih Kamila...

Minggu, 13 Januari 2013

Antara Habibie dan ayah - antara Ainun dan emak

Membandingkan Habibie dan ayahku memang tidak sebanding. Pak Habibie yang mantan Presiden RI, pembuat Pesawat N 250 yang sangat disegani di seluruh dunia, seorang yang cerdas dan hebat. Dulu waktu saya masih anak-anak tak jarang kami bercita-cita seperti Bapak Habibie yang hebat itu. Sedangkan ayahku hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil biasa yang bekerja menggantungkan hidupnya dengan mengabdi pada negara.

Membandingkan Ainun dan emakku juga tentu tidak sebanding. Ibu Ainun adalah isteri dari orang paling cerdas di Indonesia pada masanya dan seorang dokter mata yang hebat. Sedangkan emakku adalah seorang guru SD di pelosok desa. Tetapi Emakku adalah pejuang pendidikan yang hebat. Emak adalah contoh seorang pendidik yang benar-benar menjiwai profesinya sepenuh hati. Di saat sekolah-sekolah di kota berlomba untuk menarik iuran yang besar dari siswanya maka emakku justeru membebaskan biaya masuk sekolah saat beliau menjabat Kepala Sekolah. Saat ada dana blok grant dari pemerintah emakku mati-matian berjuang supaya dana tersebut benar-benar digunakan untuk membangun sekolah yang sudah rusak. Banyak sekali tantangannya sehingga emakku jatuh sakit.

Saat membaca buku Ainun Habibie yang terbayang dalam benak saya adalah ayah dan emakku. Keduanya memiliki persamaan. Persamaan yang dapat dimiliki tanpa memandang status sosial, harta, pangkat, jabatan, atau apapun. Antara Aninu Habibie dan Ayah emakku sama-sama memiliki cinta sejati. 

Habibie dan ayah benar-benar memiliki cinta yang tulus dari seorang suami kepada isterinya. Bahkan sampai dengan ajal memisahkan mereka dengan isterinya.

Jika Ibu Ainun memcontohkan bagaimana beliau memilih tidak bekerja demi mendampingi anak-anaknya. Maka emakku mencontohkan bagaimana seorang ibu bekerja yang senantiasa mengayomi anak-anaknya. Jika pulang dari sekolah, maka emak akan segera mencari anak-anaknya. Menyapa dan bersegera mengambil alih dari  pengasuhnya. Lalu bersegera pula memasak dan menyiapkan makan siang untuk kami dan ayah. Sebuah contoh yang akan selalu membekas didalam ingatanku.

Jika ibu Ainun meninggal karena sakit kanker rahim, emakku meninggal karena kanker kulit yang bersarang di rahimnya. Saat-saat merawat emak adalah saat dimana aku melihat bagaimana ketulusan ayah merawat emak saat sakit. 
Waktu itu adalah bulan Agustus saat aku, ayah, dan emak yang menghadap dokter di RS. Dharmais. Pertemuan yang sangat dinantikan setelah kami bolak-balik lebih dari lima kali dari cilegon ke dharmais untuk memperoleh kepastian penyakit apa yang diderita emak. 
Masih sangat jelas dalam ingatanku. Sore itu pukul empat. Kami sudah pasrah antara bisa bertemu dan tidak dengan dokter ahli. Dalam hati saya terus berdoa untuk keselamatan emak. Dan setelah penantian panjang akhirnya emakpun dipanggil dokter yang bersangkutan. Aku ikut mendampingi emak. Dokter memeriksa emak dan sedikit bertanya. Dokter memanggil dokter bedah untuk berdiskusi. Dan akhirnya.....Pada hari itu dokter berkata "Ibu sakit kanker kulit yang sudah lanjut, harus segera dirawat"
Allahu akbar. Dunia seakan runtuh. YAng terbayang saat itu adalah kematian. Ya kematian emak yang kami cintai sepenuh hati. Tergambar jelas bagaimana kesedihan di wajah ayah dan emak. Sebenarnya akupun sangat sedih,,,, tapi aku harus berusaha tegar. Ya Allah Ya Rabb sembuhkanlah emakku. Sepanjang perjalanan didalam mobil kami terus berdzikir, melantunkan surat YAsin dan do'a-do;a lainnya bersama-sama. Alhamdulillah emak memiliki adik yang demikian sholeh yang bisa membimbing kami untuk tetap melafadzkan asma Allah.

Tetapi vonis sudah dijatuhkan. Selanjutnya emak harus rela menjalani hari-harinya dengan bolak balik dirawat di RS Dharmais. Jarak yang jauh dari rumah serta kondisi psikologis emak yang labil dijalani ayah dengan penuh ketulusan. Pada saat itu apapun akan dilakukan ayah untuk kesembuhan emak. Berbagai macam pengobatan serta biaya yang tinggi tidaklah mengapa. Yang penting emak bisa sembuh. Satu hal yang bisa diambil contoh bagi kami adalah ayah menolak pengobatan yang tidak sesuai dengan aqidah. Luar biasa, ditengah keinginan emak supaya sembuh dan iming-iming ada "orang pintar" yang bisa mengobati penyakit kanker ternyata tidak menggoyahkan keimanan ayah.

Saat emak dirawat di RS Dharmais ayah menunggui emak dengan telaten, hanya sesekali ayah pulang ke rumah untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga supaya dapat menunggui emak lagi. Sebuah gambaran seorang suami yang begitu cinta dan tulus pengorbanannya kepada seorang isteri.

Dan... saat perpisahan itu harus datang. Emak meninggal dunia pada hari Minggu tanggal 2 Februari 2009. Pada saat kematian hingga 40 harinya yang terpancar adalah ketegaran dari seorang suami yang ditinggalkan oleh isterinya tercinta. Namun setelah lewat dari 40 hari barulah ayah merasa benar-benar kehilangan emak. Di rumah sakit ingat emak. Di tempat pendaftaran ingat emak. Di dapur, di kamar, di setiap sudut rumah semuanya mengingatkan kepada emak. Betapa sedihnya ayah saat itu. Dari setiap kenangannya akan emak ayah selalu menceritakan hal-hal yang baik dari emak. 
Bagaimana pengabdian emak kepada ayah yang begitu tulus. 
Bagaimana kesabaran emak dalam mengurus anak-anaknya. 
Bagaimana kesabaran emak dalam mengurus ayah terutama dulu ayah sering keluar masuk rumah sakit. Bagaimana emak bisa merekatkan hubungan dua keluarga yang kurang harmonis. 
Bagaimana emak tidak pernah menyakiti hati orang lain bahkan tukang sayur sekalipun. 
Bagaimana emak mengurus rumah tangganya dengan baik.
Dan masih banyak lagi yang ayah ungkapkan tentang kebaikan-kebaikan emak.
Subhanallah,begitu tulus dan sejatinya cinta mereka. Mereka adalah pasangan belahan jiwa. Jika yang satu sakit maka akan terasa sakit pula pasangannya. Mereka adalah pasangan yang seia sekata. Hampir tidak pernah ayah dan emak berantem. Emak sangat tahu apa yang ayah suka dan tidak. 
Sampai saat ini, setelah 4 tahun ditinggalkan emak. Ayah masih fasih bertutur tentang kebaikan-kebaikan emak semasa hidupnya. Kerinduan yang selalu ada dihati ayah untuk emak. Subhanallah.
Semoga Ayah dan emak, Habibie dan Ainu kelak akan dikumpulkan kembali di SyurgaNya amiin. 
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kedua orangtuaku. Semoga Allah menyayangi kedua orangtuaku seperti mereka menyayangiku pada waktu aku kecil. amiin.

Selasa, 08 Januari 2013

kehebohan di pagi hari...

Pagi ini anak2 sudah heboh semuaaaa
Aqilah minta dibelikan TV yang aqilah bisa masuk kedalamnya katanya hehe...korban iklan ini mah
Kamila bertanya kenapa ga mules2 ya kan ketuban kamila udah pecah. hadeh si neng kamila.....