Minggu, 28 Februari 2016

Saatnya nanti..

Saatnya nanti orang-orang yang berkuasa akan dipergilirkan
Saatnya nanti yang di atas akan bertukar dengan yang dibawah begitu seterusnya
Saatnya nanti akan ada tawa dan tangis, senang dan sedih
Saatnya nanti akan ada pengadilan yang Maha Adil

Ah akan kemanakah jiwa ini...
Semoga berkumpul dengan orang-orang shalih
dengan para Nabi,
dan menatap indah wajahMu Rabb

Maka hari ini dan seterusnya...
Kuindahkan lisan dan tulisanku untuk menghamba padaMu
Ampuni semua dosaku Rabb

Do'aku

Ya Allah.. lindungilah kami dari siksa api neraka
Ya Allah berkahilah keluarga kami
Ya Allah...tinggikanlah derajat kami
Ya Allah... jadikan aku orang yang bermanfaat
Ya Allah tunjukkan aku jalan yang lurus...
Rabb tolong kami

Minggu, 21 Februari 2016

Ayah dan anak perempuannya




"Kenapa cuma ayah dengan anak perempuannya?" mungkin itu pertanyaan yang terlintas pertama membaca judul di atas. Iya, karena saya cuma akan bercerita tentang dialog antara suami dan anak-anak perempuan kami.

Biasanya saat berkendara bersama keluarga akan duduk di depan mendampingi suami. Anak-anak duduk dibelakang. Namun saat perjalanan kemarin anak-anak minta duduk didepan. Alasannya mereka pusing duduk di bagian paling belakang. O ya perlu diketahui kendaraan pribadi kami adalah sedan. Pada perjalanan ke Bandung kemarin kami meminjam mobil teteh saya karena kondisi mobil kurang sehat dan kami harus membawa orang tua. Mobil teteh adalah MPV 3 Roll. Anak-anak duduk di bagian paling belakang. Sebenarnya saya sudah membuat kondisi senyaman mungkin tapi mereka tetap bilang pusing.

Okelah akhirnya saya mengalah. Secara bergantian Aqilah dan Kamila duduk di depan berdampingan dengan ayahnya. Ada yang menarik bagi saya sebagai seorang Ibu. Baik Aqilah maupun Kamila sama-sama asyik ngobrol dengan ayahnya. Ya...pertanyaan-pertanyaan sepele tapi memang berbeda ya sudut pandang jawaban seorang ayah dan seorang ibu. Ayahnya sabar sekali menjawab setiap pertanyaan Aqilah dan Kamila walaupun saya tahu kondisi ayahnya yang sangat lelah. Bahkan setelah terjadi insiden mobil menyenggol bahu jalan pun sang Ayah masih bisa menjawab dengan tenang. Whuaaa.... beda banget dengan aku. Iya suamiku sabar sekali meladeni anak perempuannya.

Apa saja yang ditanyakan mereka?
1. Ayah, marka jalan itu apa
2. Ayah, ini masih di Bandung?
3.....

Sayangnya saya lupa pertanyaan apa saja yang diajukan bocah-bocah heuheu. Intinya, sering-seringlah anak-anak mengobrol dengan anak-anaknya. Sebagian besar waktu anak-anak biasanya bersama ibunya. Jadi saat dengan ayahnya tentu cakrawala pengetahuan mereka juga bertambah. Yang pasti sudut pandangnya juga berbeda.

Demikianlah, Ayah....ayo jalan-jalan lagi...heheh