Minggu, 13 Januari 2013

Antara Habibie dan ayah - antara Ainun dan emak

Membandingkan Habibie dan ayahku memang tidak sebanding. Pak Habibie yang mantan Presiden RI, pembuat Pesawat N 250 yang sangat disegani di seluruh dunia, seorang yang cerdas dan hebat. Dulu waktu saya masih anak-anak tak jarang kami bercita-cita seperti Bapak Habibie yang hebat itu. Sedangkan ayahku hanyalah seorang Pegawai Negeri Sipil biasa yang bekerja menggantungkan hidupnya dengan mengabdi pada negara.

Membandingkan Ainun dan emakku juga tentu tidak sebanding. Ibu Ainun adalah isteri dari orang paling cerdas di Indonesia pada masanya dan seorang dokter mata yang hebat. Sedangkan emakku adalah seorang guru SD di pelosok desa. Tetapi Emakku adalah pejuang pendidikan yang hebat. Emak adalah contoh seorang pendidik yang benar-benar menjiwai profesinya sepenuh hati. Di saat sekolah-sekolah di kota berlomba untuk menarik iuran yang besar dari siswanya maka emakku justeru membebaskan biaya masuk sekolah saat beliau menjabat Kepala Sekolah. Saat ada dana blok grant dari pemerintah emakku mati-matian berjuang supaya dana tersebut benar-benar digunakan untuk membangun sekolah yang sudah rusak. Banyak sekali tantangannya sehingga emakku jatuh sakit.

Saat membaca buku Ainun Habibie yang terbayang dalam benak saya adalah ayah dan emakku. Keduanya memiliki persamaan. Persamaan yang dapat dimiliki tanpa memandang status sosial, harta, pangkat, jabatan, atau apapun. Antara Aninu Habibie dan Ayah emakku sama-sama memiliki cinta sejati. 

Habibie dan ayah benar-benar memiliki cinta yang tulus dari seorang suami kepada isterinya. Bahkan sampai dengan ajal memisahkan mereka dengan isterinya.

Jika Ibu Ainun memcontohkan bagaimana beliau memilih tidak bekerja demi mendampingi anak-anaknya. Maka emakku mencontohkan bagaimana seorang ibu bekerja yang senantiasa mengayomi anak-anaknya. Jika pulang dari sekolah, maka emak akan segera mencari anak-anaknya. Menyapa dan bersegera mengambil alih dari  pengasuhnya. Lalu bersegera pula memasak dan menyiapkan makan siang untuk kami dan ayah. Sebuah contoh yang akan selalu membekas didalam ingatanku.

Jika ibu Ainun meninggal karena sakit kanker rahim, emakku meninggal karena kanker kulit yang bersarang di rahimnya. Saat-saat merawat emak adalah saat dimana aku melihat bagaimana ketulusan ayah merawat emak saat sakit. 
Waktu itu adalah bulan Agustus saat aku, ayah, dan emak yang menghadap dokter di RS. Dharmais. Pertemuan yang sangat dinantikan setelah kami bolak-balik lebih dari lima kali dari cilegon ke dharmais untuk memperoleh kepastian penyakit apa yang diderita emak. 
Masih sangat jelas dalam ingatanku. Sore itu pukul empat. Kami sudah pasrah antara bisa bertemu dan tidak dengan dokter ahli. Dalam hati saya terus berdoa untuk keselamatan emak. Dan setelah penantian panjang akhirnya emakpun dipanggil dokter yang bersangkutan. Aku ikut mendampingi emak. Dokter memeriksa emak dan sedikit bertanya. Dokter memanggil dokter bedah untuk berdiskusi. Dan akhirnya.....Pada hari itu dokter berkata "Ibu sakit kanker kulit yang sudah lanjut, harus segera dirawat"
Allahu akbar. Dunia seakan runtuh. YAng terbayang saat itu adalah kematian. Ya kematian emak yang kami cintai sepenuh hati. Tergambar jelas bagaimana kesedihan di wajah ayah dan emak. Sebenarnya akupun sangat sedih,,,, tapi aku harus berusaha tegar. Ya Allah Ya Rabb sembuhkanlah emakku. Sepanjang perjalanan didalam mobil kami terus berdzikir, melantunkan surat YAsin dan do'a-do;a lainnya bersama-sama. Alhamdulillah emak memiliki adik yang demikian sholeh yang bisa membimbing kami untuk tetap melafadzkan asma Allah.

Tetapi vonis sudah dijatuhkan. Selanjutnya emak harus rela menjalani hari-harinya dengan bolak balik dirawat di RS Dharmais. Jarak yang jauh dari rumah serta kondisi psikologis emak yang labil dijalani ayah dengan penuh ketulusan. Pada saat itu apapun akan dilakukan ayah untuk kesembuhan emak. Berbagai macam pengobatan serta biaya yang tinggi tidaklah mengapa. Yang penting emak bisa sembuh. Satu hal yang bisa diambil contoh bagi kami adalah ayah menolak pengobatan yang tidak sesuai dengan aqidah. Luar biasa, ditengah keinginan emak supaya sembuh dan iming-iming ada "orang pintar" yang bisa mengobati penyakit kanker ternyata tidak menggoyahkan keimanan ayah.

Saat emak dirawat di RS Dharmais ayah menunggui emak dengan telaten, hanya sesekali ayah pulang ke rumah untuk beristirahat dan mengumpulkan tenaga supaya dapat menunggui emak lagi. Sebuah gambaran seorang suami yang begitu cinta dan tulus pengorbanannya kepada seorang isteri.

Dan... saat perpisahan itu harus datang. Emak meninggal dunia pada hari Minggu tanggal 2 Februari 2009. Pada saat kematian hingga 40 harinya yang terpancar adalah ketegaran dari seorang suami yang ditinggalkan oleh isterinya tercinta. Namun setelah lewat dari 40 hari barulah ayah merasa benar-benar kehilangan emak. Di rumah sakit ingat emak. Di tempat pendaftaran ingat emak. Di dapur, di kamar, di setiap sudut rumah semuanya mengingatkan kepada emak. Betapa sedihnya ayah saat itu. Dari setiap kenangannya akan emak ayah selalu menceritakan hal-hal yang baik dari emak. 
Bagaimana pengabdian emak kepada ayah yang begitu tulus. 
Bagaimana kesabaran emak dalam mengurus anak-anaknya. 
Bagaimana kesabaran emak dalam mengurus ayah terutama dulu ayah sering keluar masuk rumah sakit. Bagaimana emak bisa merekatkan hubungan dua keluarga yang kurang harmonis. 
Bagaimana emak tidak pernah menyakiti hati orang lain bahkan tukang sayur sekalipun. 
Bagaimana emak mengurus rumah tangganya dengan baik.
Dan masih banyak lagi yang ayah ungkapkan tentang kebaikan-kebaikan emak.
Subhanallah,begitu tulus dan sejatinya cinta mereka. Mereka adalah pasangan belahan jiwa. Jika yang satu sakit maka akan terasa sakit pula pasangannya. Mereka adalah pasangan yang seia sekata. Hampir tidak pernah ayah dan emak berantem. Emak sangat tahu apa yang ayah suka dan tidak. 
Sampai saat ini, setelah 4 tahun ditinggalkan emak. Ayah masih fasih bertutur tentang kebaikan-kebaikan emak semasa hidupnya. Kerinduan yang selalu ada dihati ayah untuk emak. Subhanallah.
Semoga Ayah dan emak, Habibie dan Ainu kelak akan dikumpulkan kembali di SyurgaNya amiin. 
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kedua orangtuaku. Semoga Allah menyayangi kedua orangtuaku seperti mereka menyayangiku pada waktu aku kecil. amiin.

Selasa, 08 Januari 2013

kehebohan di pagi hari...

Pagi ini anak2 sudah heboh semuaaaa
Aqilah minta dibelikan TV yang aqilah bisa masuk kedalamnya katanya hehe...korban iklan ini mah
Kamila bertanya kenapa ga mules2 ya kan ketuban kamila udah pecah. hadeh si neng kamila.....